15 Januari 2012

Aku dan Gunadarma

Jujur, saya gak atau lebih tepatnya belum pernah yang namanya curhat dalam bentuk tulisan. Nulis diary, trus tuker-tukeran sama temen buat saling baca curahan hati masing-masing, atau yang lagi ngetrend sekarang adalah nulis di blog.
Selain emang dasarnya saya pemalu, dan emang saya merasa itu adalah suatu hal yang sebenernya gak perlu dishare ke khalayak. Apalagi kalo cuma curhatan sekelas cewek/cowok, putus, sakit hati, hahh!! Gak penting banget kan..
Kecuali tulisan yang sebenernya dibuat untuk menghibur, seperti penulis muda masa kini, Raditya Dika.
Upss, intermezzo yang terlalu panjang..

Oke, saya akan mulai sedikit berbagi tentang kehidupan perkuliahan saya, mulai dari pemilihan kampus dan perjalanannya sampai sekarang..

Aku dan Gunadarma..

Well, hidup emang pilihan. Saya sudah memilih bekerja di kota yang dikenal lebih kejam dari ibu tiri, Jakarta, setelah lulus dari salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Malang, Jawa Timur. Pilihan kota lain adalah Surabaya dan Denpasar. Yang menjadi pertimbangan adalah dimana kota tersebut bisa "menhidupi" saya selama + 5 tahun. Kenapa 5 tahun?? Ya, karena saya berniat untuk bisa melanjutkan jenjang pendidikan saya.

Setelah bisa "hidup" di Jakarta selama + 6 bulan, saya merasa sudah waktunya untuk segera melanjutkan niat mulia tadi, kuliah. Lagi-lagi ada banyak pilihan. Yang saya tau waktu itu adalah Universitas Budi Luhur, Universitas Mercu Buana dan Universitas Gunadarma (maaf sebut kompetitor).
UBL dengan waktu perkuliahannya yang flexibel, UMB dengan kuliah sabtu-minggunya dan UG dengan kuliah mode "capek" nya. Tapi satu yang hanya dimiliki UG dan tidak dimiliki pilihan lain, nama besar!!

Karena pengalaman saya mencari kerja, beberapa perusahaan besar juga mencantumkan syarat bahwa kita lulusan dari universitas ternama, akhirnya pilihan saya fix untuk Universitas Gunadarma.

Setelah melalui proses pendaftaran yang panjang, akhirnya sampai juga saya pada tahap orientasi atau Ospek. Yaa, namanya juga mahasiswa baru, pasti juga ingin ikut ospek tersebut. Tapi mendadak teman satu tim di kantor cuti, jadi mau tidak mau saya juga mengerjakan apa yang jadi porsinya. Akhirnya jelas: saya tidak ikut ospek!


Dipertemukan dengan sekelompok orang gila (baca: teman satu kelas 1KA27), saya merasa sangat beruntung. Mulai dari rasa persaudaraan yang kuat, guyonan khas mahasiswa kelas malam, sampai dengan rasa saling memiliki satu sama lain yang bisa terbentuk hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan!

Waktu terus berputar, hingga kami dipertemukan dengan UTS. Di masa-masa UTS jelas perkuliahan diliburkan. Tapi tidak dengan 1KA27. Mereka tetap datang ke kampus untuk menjalali kegiatan yang mereka beri nama Kelompok Belajar. Nama yang standard memang, tapi cara melakukannya yang tidak biasa.

Yang merasa punya kelebihan di mata kuliah tertentu tidak segan-segan berbagi. Belajar di saat kuliah libur dan kerjaan yang menumpuk di kantor memang butuh niat yang kuat.

Hingga UAS semakin dekat, saya merasa semakin malas untuk kuliah. Mulai dari alasan cuaca, kerjaan, hingga yang paling mencengangkan adalah kedua orang tua saya sakit!

Saya harus pulang saat itu juga. Praktis saya tidak mengikuti perkuliahan antara UTS dan UAS yang hanya 2 pekan.

Harapan terakhir, semoga kami terus semangat menjalani kehidupan yang benar-benar menguras otak dan tenaga ini. Ya, kerja sambil kuliah di kampus yang luar biasa. Dan semoga kami bisa lulus dengan nilai yang memuaskan dan dengan rentang waktu normal + 4 tahun. Amin.



Pratama Puguh Pangestu / 1KA27 / 15111562

Read rest of entry
 

Followers

Liputan6 - Aktual Tajam dan Terpercaya

Recommended Gadget

  • ads
  • ads
  • ads
  • ads

detiknews

Let's Share Copyright © 2009 Designed by Tamz