10 Desember 2011

Psikologi Sosial

Akhir-akhir ini, urgensi nilai tampaknya mulai menjadi isu yang makin menonjol dalam bidang psikologi. Pendulum wacana mulai bergerak meninggalkan naturalisme, agnostisisme, bahkan humanisme- yang telah mendominasi bidang-bidang kehidupan selama hampir sepanjang abad ini. Banyak ilustrasi yang menunjukkan bukti-bukti empiris. Pertama, sains telah kehilangan otoritasnya sebagai sumber kebenaran. Jika selama ini ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang bebas nilai dan bersifat empiris, maka antitesis yang berkembang sekarang justru memposisikan ilmu dan pengetahuan sebagai suatu bentuk budaya yang intuitif dan bermuatan nilai.

Kedua, epistemologi sains behavioral termasuk psikologi behavioristis, selama periode panjang pengabaian religi dalam peradaban barat tampaknya mulai dikritik dan digugat habis-habisan. Psikologi yang didominasi pemikiran-pemikiran naturalisitis dan mekanistis akhirnya terbukti tidak cukup untuk menjelaskan kecemasan-kecemasan manusia modern. Jika problem manusia hanya dianggap disebabkan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau yang tidak 2

disadari atau mungkin karena pengaruh lingkungan, kesalahan model belajar-sosial, lalu muncul pertanyaan yang bernada gugatan; di manakan letak kesadaran manusia, di manakah tanggung jawab diri manusia. Sains behavioral cenderung terlalu mereduksi persoalan dalam kerangka sebab-akibat. Akibat determinasi seperti ini, mungkin, akan banyak maling-maling dan pencuri-pencuri yang menjawab; “Lho … yang mencuri itu bukan saya, tetapi rasa lapar sayalah yang mendorongya !”

Oleh karena itu, tulisan berikut ini mencoba menawarkan kajian tentang implikasi filsafat pengetahuan dan teori sosial kritis terhadap kemandegan peran psikologi dalam memahami problematika sosial yang semakin tak terbendung sekarang ini.

IMPLIKASI DAN APLIKASI TEORI SOSIAL KRITIS DALAM PSIKOLOGI

Gagasan kritis dan kecenderungan interdisipliner dalam psikologi bermula dari diskusi psikologi sosial. Beberapa pakar psikologi sosial (Stephan & Stephan, 1985) yang meminati filsafat dan sosiologi mulai memperkenalkan wacana tentang “dua arah psikologi” (two social psychologies). Wacana dua aliran tersebut dikenal dengan istilah Sociological Social Psychology (SSP) dan Psychological Social Psychology (PSP). Definisi sosiologis dari psikologi sosial adalah psikologi sosial memiliki concern pada:

(1) pengalaman sosial yang berakar pada partisipasi individual dalam kelompok;

(2) interaksi dengan orang lain;

(3) dampak lingkungan kultural terhadap pengalaman sosial dan interaksi dengan orang lain; dan

(4) munculnya struktur-struktur sosial dari interaksi tersebut.

Teoritisi SSP dan PSP merasa bahwa individu dan lingkungan sosial merupakan fokus kajian yang harus dieskplorasi secara integral. Aplikasi paradigma tersebut dalam riset-riset psikologi juga dapat dilihat pada variasi metodologi yang digunakan. Dalam SSP selain pendekatan-pendekatan kuantitatif-positivistik; kuestioner, survey, tes psikologis, SSP juga mulai mendekati metode kualitatif sebagai cara baru dalam membongkar struktur individu dan lingkungan sosialnya. Seperti, partisipasi dalam aktivitas kelompok, wawancara mendalam, dan diskusi terfokus, unstructured interview dan participant observation (Stephan & Stephan, 1985).

Kaitan erat antara teori kritis, posmodernisme, dan teori feminis dengan psikologi juga tampak pada similaritas fokus kajian yang menawarkan perspektif baru mengenai diri pribadi dan hubungan interpersonal. (Wexler, 1983). Wexler juga menjadi salah satu tokoh kunci yang sukses mencangkokkan teori kritis dalam psikologi. Ia mencetuskan istilah psikologi sosial kritis (Critical Social Psychology) dalam khasanah psikologi modern. Gagasan yang dikembangkannya menerapkan teori Adorno pada psikologi sosial yang menolak positivisme dan justru berusaha memperbesar ruang sosial bagi subjektivitas otonom.

Dalam upaya mensosialisasikan pengembangan wacana psikologi kritis dalam wiilayah-wilayah terapan psikologi dan kemajuan analisis interdispliner, maka tantangan terbesar di masa mendatang adalah sejauh mana lembaga-lembaga pendidikan profesi psikologi mampu merespon perkembangan ayunan pendulum filsafat pengetahuan yang semakin inovatif sesuai dengan konteks zaman yang juga berubah cepat. Strategi yang ditempuh dapat melalui intensifikasi riset-riset dasar tentang psikologi kritis dan forum-forum ilmiah, dan publikasi-publikasi ilmiah yang mendukung ke arah pengembangan wacana psikologi kritis.

Problematika sosial yang dihadapi oleh masyarakat semakin kompleks dan tugas-tugas berat kemasyarakatan juga sangat membutuhkan pendekatan interdisipliner. Oleh karenanya, kerjasama sinergis dengan stakeholder masyarakat juga menjadi salah satu indikator penting bahwa masyarakat profesi psikologi memiliki sense of sociability yang tinggi.


Pratama Puguh Pangestu / 1KA27 / 15111562

Visit Gunadarma Official Website

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar yang baik, demi masa depan yang lebih baik. . . ^^

 

Followers

Liputan6 - Aktual Tajam dan Terpercaya

Recommended Gadget

  • ads
  • ads
  • ads
  • ads

detiknews

Let's Share Copyright © 2009 Designed by Tamz